Senin, 08 September 2014

Kamis, 01 April 2010

NAMAKU GAYUS (?)

Namaku Gayus.
Aku seorang pegawai negeri golongan 3, gajiku tidak terlalu besar -kata orang-, cuma 12 juta, gaji yang kecil jika dibandingkan dengan gaji seorang direktur.
Tak apalah, yang penting aku punya rekening 25 milyar ditabunganku, tak ada yang tahu kalau masih ada cash 25 milyar lagi di banker rumahku.
Tentu saja rumahku di gang sempit tak lagi aku urus, karena aku punya rumah mewah seharga diatas semilyar.
Mobil tak cukup satu, aku perlu mobil lebih banyak lagi.
Selama ini tidak ada orang yang peduli apa yang aku miliki, apa yang aku kerjakan ... aku adalah mesin uang bagi sebagian orang ...

Demikian adanya ... aku hidup dalam bingkai yang aku bikin sendiri, bingkai sebagai orang berduit, punya status sosial, terpandang dan cukup bergengsi. Siapa peduli ...
Sampai suatu hari semua "status semu" itu harus berakhir juga.

Semua harus membayar pada akhirnya ...
Tuhan bisa meruntuhkan seseorang dengan cara yang tidak aku mengerti.
Sesungguhnya aku ingin protes kepada Tuhan ...
Menurutku Tuhan tidak benar-benar memahami perasaanku.
Padahal nuraniku mengatakan aku tidak perlu semua status itu, aku merasa cukup dengan gajiku sebagai PNS, aku merasa nyaman tinggal di gang sempit yang meskipun tidak besar sesungguhnya rumah itu halal. Aku cuma perlu hidup penuh berkah.
Uang hanyalah alat ... bukan tujuan.

Tapi apalah daya, aku juga manusia biasa ... lemah terhadap keluh kesah, lemah terhadap rongrongan sosial.
Lama lama tak tahan juga kalau berurusan dengan "desakan" duniawi.
Struktur sosial tidak mengijinkan aku puas dengan gaji PNS, dan hidup penuh berkah jelas bukan impian.
Mereka tidak akan percaya kalau sebetulnya Tuhan sudah membagi rejeki.
Rejeki harus diserobot dengan apapun caranya.
Namanya juga menyerobot ... maka harus siap resiko yang bakal datang.

Maka jadilah aku Gayus, Gayus yang harus berlapang dada, Gayus yang menjadi bodoh karena harus hidup dalam bingkai yang tidak pas, Gayus yang harus menyerobot sana-sini, Gayus yang akhirnya rela harus dibui ...
Karena akulah Gayus, Gayus yang harus menghianati hati nurani ...

Namaku Gayus, maukah kau bersamaku?

Minggu, 24 Januari 2010

PINGIN KAYA APA SUKSES

Bagaimana menjadi Kaya? Bagaimana Menjadi Sukses? ...
Dalam suatu bincang-bincang santai saya bertanya kepada seorang sahabat dua pertanyaan diatas. Sahabat saya bilang ... kalau pingin kaya ikutilah cara pikir orang kaya, begitu juga kalau mau sukses ikutilah cara pikir orang sukses.
Lho bagaimana membedakannya ....?
Begini ... rumus orang kaya itu 3MH, Money-Money-Money-Happy ..... artinya semua cara pikir harus diorientasikan dengan uang atau yang menghasilkan uang, karena dengan ukuran itu cara berbahagia. Misalnya begini ... kalau mau kuliah ... carilah kampus favorit, atau kuliah di luar negeri, mau milih bidang pekerjaan .... jangan jadi seniman .... duitnya seret, setidak tidaknya jadilah dokter. Ukuran ukuran itulah yang dapat mendatangkan kebahagiaan.
Ooooo ..... kata saya bengong, ... terus bagaimana menjadi sukses ?
Kalau mau sukses rumusnya HTEM, Happy-Totalitas-Expert-Money will follow .... maksudnya semua hal yang kita kerjakan harus dilakukan dengan happy, apapun bidang pekerjaannya. Kalau kita bahagia dengan sesuatu yang kita kerjakan tentu kita akan mengerjakan dengan penuh totalitas, mengerjakan lebih dari yang dikerjakan orang lain, nah ... totalitas ini yang menjadikan kita menjadi seorang expert, itu membuat kita dapat mengerjakan hal-hal yang orang lain tidak bisa atau tidak mau melakukan ..... kalau sudah begitu money will follow you ...
Ah ... bisa aja sahabat saya itu, rupanya dia sudah sampai di expert ....
Mungkin sahabat saya itu benar, meskipun dalam hati kecil saya berguman ... hmmm kaya dan bahagia itu soal mental dan rasa syukur, uang bisa menjadi alat ukur kebahagiaan seseorang, tapi itu bukan satu satunya.
Kaya mungkin membuat kita bahagia, tapi bersyukur pasti membuat bahagia.
Menjadi expert mungkin akan mendatangkan uang, tapi selalu bersyukur membuat nikmat selalu bertambah ...

Jumat, 01 Mei 2009

LIMPAHAN BERKAH

Sebuah catatan perjalanan yang mengingatkan kita perlunya kembali mengingat hakikat perjalanan hidup.

Sangat takjub sekali ketika suatu hari saya menyempatkan diri mampir ke suatu daerah di Kudus, disana ada masjid Kudus yang terkenal dengan menaranya dan ada makam Sunan Kudus -satu dari sembilan wali yang terkenal-
Selagi berziarah disana, sempat terpikir betapa kecilnya kita, betapa tidak berharganya kita dan betapa kita ternyata tidak memiliki apapun untuk bekal berpulang ke Rahmatullah.

Apa yang sebenarnya kita miliki benar-benar tidak bermanfaat sama sekali ketika kita sudah menghadap Allah. Apa yang kita cintai dan kita miliki di dunia ini tidak kita bawa dan tidak dapat menghalangi kemana kita akan pulang.

Sedangkan Kanjeng Sunan Kudus, bahkan dalam wafatnya pun doa tiada henti mengalir dari para peziarah, setiap waktu orang berdatangan mendoakan kanjeng Sunan.
Alangkah berkah hidup Kanjeng Sunan, akankah kita nanti masih ada yang mendoakan bila sudah benar-benar pulang ....

Kanjeng Sunan Kudus yang sebenarnya bila diibaratkan suatu wadah besar yang sudah terisi penuh dengan air, doa kita ibarat air yang akan terus menambah wadah besar yang sudah penuh itu, kita hanya berharap limpahan air itu akan kembali lagi kepada kita sendiri, memberi kesegaran ...
Insyaallah ...

Sabtu, 21 Maret 2009

INTIMIDASI -seandainya-

Kebiasaan aneh saya adalah suka mengintimidasi.
Entah ini adalah bawaan dari kecil atau bentukan karena pergaulan atau karena lingkungan.
Yang jelas saya selalu punya cara cara agar apa yang saya inginkan -suka tidak suka- orang lain harus melaksanakan.
Saya tidak tahu apakah obyek intimidasi tersebut merasa terintimidasi atau menjalankan dengan no problem.
Saya tidak begitu peduli perasaan obyek intimidasi itu, pokoknya saya punya banyak pilihan (..ngawur bagi orang tertentu) bila tidak bisa memenuhi apa yang saya inginkan.

Kalau saya mengajak si A tidak mau, dengan gampang saja saya mengajak si B. Atau saya sengaja mengajak si C untuk menunjukkan si D tidak berharga.
Saya akan ke A untuk minta sesuatu, dengan mengatakan kalau tidak bisa saya akan ke B didepan si A.

Saya akan mengorek-ngorek ketidakmampuan orang lain untuk menunjukkan bahwa yang lain bisa, saya tidak perlu cara-cara yang sopan dan halus untuk mengatakannya.

Kekurangan bagi saya adalah cacat yang tidak perlu alasan dan pemahaman.

Karena saya adalah intimidation man.


Enak bener ya ... -seandainya-